Sumber : http://www.detiknews.com/read/2011/05/28/102725/1649084/10/kpu-kpk-diminta-periksa-sumbangan-nazaruddin-rp-13-m-untuk-pd?9911012
Sabtu, 11/06/2011 15:10 WIB
'Nyasaruddin', Video Kritik untuk Nazaruddin Beredar di Youtube
Muhajir Arifin - detikNews
Jakarta -
Aku lari dari kenyataan karena aku sudah ketahuan
Ku tak mau dikambinghitamkan karena semua ikut merasakan
Aku kabur ke luar negeri menghidari panggilan polisi
Aku takut akan diadili karena aku pelaku korupsi
Kujalankan semua arahan kuturuti perintah atasan
Ambil uang jatah uang dalam yang jumlahnya sampai miliaran
Sekarang ku jadi buruan, berita tv dan berita koran
Semua pada menyudutkan diriku dijadikan korban
Sampai kapan diriku sembunyi kuinginkan adanya solusi
Biar tahu aku tak sendiri yang nikmati hasil korupsi
Itulah lirik lagu yang dinyanyikan oleh beberapa orang yang sepertinya satu keluarga. Video lagu berjudul
'Nyasaruddin' itu di-upload ke Youtube oleh seseorang dengan nama Manabtolib pada 4 Juni 2011.
Dalam video berdurasi 2,59 menit itu tampak lima orang duduk melingkar di ruang tamu sebuah rumah. Dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan terlihat mengiringi dengan gitar. Sementara tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki terlihat enjoy menyanyi.
Sebenarnya, lirik lagu yang dinyanyikan 'kelompok musik' itu sama sekali tidak menyebut nama Nazaruddin. Namun boleh jadi, lagu itu memang khusus diciptakan untuk menyindir mantan Bendaraha Umum Partai Demokrat itu karena telah 'kabur' ke luar negeri.
Ya, lirik lagu yang cukup enak didengar itu memang sangat mirip dengan 'kelakuan' Nazaruddin yang telah meninggalkan Indonesia sehari sebelum dicegah oleh pihak Imigrasi. Belum lagi, ketidakhadiran Nazaruddin saat dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Jumat 10 Juni lalu.
Namun lirik lagu itu sebenarnya juga menyindir Nunun Nurbaeti, tersangka kasus suap DGS Bank Indonesia. Istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun itu telah berada di luar negeri sejak lama.
Bahkan Nunun tidak pernah hadir saat dipanggil sebagai saksi dalam persidangan kasus tersebut. Nunun mengaku sakit pelupa berat dan sedang menjalani pengobatan di Singapura. Namun kini keberadaan Nunun masih belum diketahui dan perintah penangkapan terhadap Nunun juga sudah dikeluarkan.
(ken/ndr)
http://youtu.be/d9vevdAyT_o
Kamis, 26/05/2011 18:13 WIB
Mengapa Nazar Batal Melawan?(4)
Nazaruddin Tiarap Daripada Bunuh Diri
M. Rizal,Iin Yumiyanti - detikNews
Jakarta - Ancaman Muhammad Nazaruddin untuk membongkar aib elit Partai Demokrat (PD) kini tidak terdengar lagi. Setelah emosinya mereda pasca dipecat dari kursi bendahara umum PD, Nazar memang kini tiarap. Balas dendamnya sementara direm karena ia tidak mau justru nanti bunuh diri.
Seorang sumber yang dekat dengan Nazaruddin mengatakan, sementara waktu Nazar tidak akan membuka bobrok elit partainya. Sebelumnya Nazar telah dua kali membatalkan jumpa pers yang katanya untuk buka-bukaan borok elit PD.
"Ini dia menunggu sampai di mana respon DPP PD. Kalau memang benar Nazar dipecat, baik sebagai anggota DPR, sebagai anggota PD, baru dia akan buka semua," kata sang sumber.
Emosi Nazar mereda setelah tercapai kompromi dalam pertemuan di Cikeas yang dipimpin SBY. Dalam pertemuan selama dua jam itu, ada lima hal yang menjadi keputusan. Salah satu point penting dalam pertemuan itu adalah akan menyiapkan bantuan hukum untuk Nazar. Putusan rapat yang dipimpin itu membuat Nazar lega. "Nampaknya semalan pertemuan di Cikeas itu ada sebuah kompromi itu," lanjut sang sumber.
Tidak cuma tiarap sementara, staf Nazar memastikan bosnya tidak akan melanjutkan balas dendam. Politisi 33 tahun itu tidak akan lagi membuka aib elit partainya. Nyanyian Nazar tidak akan lagi merdu.
"Itu nggak bener, mas," ujar Nuril saat ditanya rencana balas dendam Nazar. Menurut Nuril, saat ini Nazar tengah istirahat sehingga tidak datang ke DPR dan susah dihubungi. "Tengah istirahat saja Mas," kata Nuril.
Sikap Nazar yang memilih tiarap bagi kalangan dekatnya dilakukan demi alasan keamanan. "Mau tidak mau demi keamanan," kata sumber lainnya. Sikap Nazar sudah bisa terbaca dari awal. Meski politisi yang disebut memberi uang 120 ribu dolar Singapura kepada Sekjen MK Janedri M Gaffar itu berkoar akan balas dendam, koar itu hanyalah gertak sambal.
Pengamat politik Universitas Gajah Mada (UGM) Arie Sudjito menilai, koar-koar Nazaruddin untuk membongkar bobrok elit PD hanya untuk bargaining posisition dan kompromistis belaka.
"Karena belum tentu juga dia berani. Pastinya kan ada tekanan dari sana-sini. Tidak mungkin ia hanya memperhatikan kepentingan dirinya sendiri. Mau tidak mau dia harus kompromi juga," jelas Arie pada detikcom.
Arie melihat, ketika kompromi itu terjadi, maka Nazar tidak akan melakukan aksi balas dendamnya walaupun sudah dikoarkannya. Nazar tentu berhitung tentang keamanan dirinya bila tetap nekat melawan.
"Karena dia pasti juga bermasalah. Kecuali dia bersih, dia akan nyanyi. Bila dia bersih betul, dia akan nyanyi terus. Tapi dia kan bagian dari problem, kalau dia terus itu sama saja dia bunuh diri," terang Arie.
Kompromi yang diharapkan Nazar adalah agar dirinya bisa tetap sebagai anggota DPR hingga poses hukumnya selesai. Kompromi itu sendiri, akan menguntungkan PD untuk melokalisir persoalan yang ada, sehingga terjadi saling melindungi di antara para kader PD, termasuk yang bermasalah.
Setelah kompromi dicapai Nazar pun tidak akan berani buka-bukaan seperti yang dilakukan mantan Kabareskrim Mabes Polri Irjen Pol Susno Duadji. Nazaruddin masih banyak memiliki sejumlah proyek dan masih membutuhkan kendaraan politik di PD. "Jadi Nazaruddin tidak akan mengambil tindakan radikal, tapi kompromi," tegas Arie lagi.
Namun PD tentu saja membantah adanya kompromi semacam itu. Balas dendam Nazar batal katanya bukan karena adanya imbalan semacam perlidungan atas kasus-kasusnya. SBY menginginkan politik berlandaskan etika.
"Tidak ada itu, karena Pak SBY kepada kita semua mengatakan kalau ada kader yang bermasalah secara hukum tidak akan disembunyikan atau ditutupi. Kalau kita memberikan perlindungan tentunya dia tidak kena sanksi. Kita tidak ingin ada cara-cara politik yang tidak etis lah," kata anggota Fraksi Partai Demokrat di Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsuddin.
Didi pun menegaskan, SBY sebagai Ketua Dewan Pembina sudah mengatakan semua kader tetap fokus dalam menjalankan tugas, baik sebagai anggota DPR atau kader partai dengan adanya kasus Nazar. Bahkan SBY menyerahkan urusan Nazar kepada proses hukum dan tidak akan melakukan intervensi.
Didi pun membatah Nazar akan melakukan balas dendam dengan mengancam akan membuka aib yang dituduhkan kepada sejumlah kader PD. Alasannya, Nazar melalui Nasir telah meminta maaf, karena sebagai orang muda telah sikapnya terlampau emosi sehingga mengucapkan tidak berdasarkan bukti dan fakta yang ada.
"Kita menghargai permintaan maaf itu. Tapi seyogyanya, karena Nazaruddin telah bicara ke publik, ya seharusnya Nazaruddin minta maaf di depan publik dan minta maaf langsung saja. Selesai," pungkas Didi.
Kamis, 26/05/2011 16:55 WIB
Mengapa Nazar Batal Melawan?(3)
Skenario Nazaruddin Jegal KPK
Deden Gunawan - detikNews
Jakarta - Muhammad Nazaruddin makin susah ditemui. Setelah emosional mengancam akan melawan pemecatan dirinya dari kursi bendahara umum PD, ia tidak lagi terlihat di DPR. Ia memilih tidak ngantor meski PD tidak mengutak-atik posisinya sebagai anggota Dewan.
Sebenarnya bukan kali ini saja Nazar membolos. Sebab sejak menjadi anggota DPR dan duduk di Komisi III, Nazar ternyata sering tidak datang. Pria berusia 33 tahun itu biasanya hanya datang jika rapat-rapat besar saja, seperti fit and proper test.
"Dia dikenal tidak serajin yang lain. Rapat-rapat biasa dia jarang hadir, hanya kalau rapat besar seperti fit and proper test saja dia hadir," kata Bambang Soesatyo, kolega Nazar saat di Komisi III DPR.
Saat ini Nazar yang telah pindah ke Komisi VII pekan lalu, juga diketahui belum pernah menghadiri rapat-rapat komisi. Bahkan saat rapat paripurna DPR yang berlangsung Selasa (24/05/2011) lalu, Nazar yang sempat datang menuju ruang rapat kemudian balik kanan begitu dicegat wartawan. Nazar pun langsung bergegas meninggalkan gedung DPR.
Sumber detikcom yang juga kolega Nazar di DPR mengatakan, sejumlah anggota Fraksi PD di DPR memaklumi ketidakhadiran Nazar di DPR. Soalnya kegiatan Nazar di luar DPR juga tidak kalah banyak. Sebab selain duduk sebagai anggota Komisi III, saat itu, dia juga menjabat sebagai Bendahara Umum PD sekaligus bendahara fraksi.
"Jadi sama-sama tahu saja lah. Lagian Nazar itu kan seorang pengusaha dan pencari dana untuk kegiatan partai. Wajar kalau jarang masuk," terang sumber detikcom yang enggan disebutkan namanya.
Ketua DPP PD Kastorius Sinaga mengaku mengenal Nazar sebagai seorang pengusaha yang sibuk sebab perusahaannya lumayan banyak. "Saya tidak begitu mengenal dekat Nazar. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja, terutama yang di DPR yang mengenal dia," jelas Kasto.
Sementara anggota Komisi III DPR Didi Irawadi Syamsudin, saat dikonfirmasi mengatakan, ketidakhadiran Nazar bisa dimungkinkan lantaran ada tugas lain dari fraksi. Misalnya kunjungan ke daerah atau tugas-tugas lain. "Di dalam fraksi kan biasa ada bagi-bagi tugas," terang Didi .
Putra Sekretaris Dewan Kehormatan PD Amir Syamsudin ini juga menjelaskan soal sosok Nazar. Menurutnya, selama ini Nazar ramah dan baik terhadap semua orang, terutama dirinya. Tapi memang belakangan hubungannya agak sedikit tegang pasca pemecatan Nazar.
Betapa tidak, Nazar menuding Amir Syamsudin dan Andi Mallarangeng telah melakukan pelanggaran etika dalam posisinya masing-masing. Amir dituding menggunakan nama partai untuk membela kliennya obligor BLBI. Sementara Andi dituduh sering main proyek di Kemenpora.
"Tapi melalui saudaranya, M Nasir (anggota komisi III), dia sudah minta maaf. Nasir bilang kami harus memaklumi Nazar. Soalnya yang bersangkutan usianya masih muda. Jadi masih labil," jelas Didi menirukan ucapan sepupu Nazar tersebut.
Meski demikian, Didi menganggap permintaan maaf yang dilayangkan Nazar kurang elok. Sebab seharusnya Nazar sendiri yang meminta maaf, bukan lewat orang lain. "Kurang elok saja. Harusnya dia sendiri (Nazar) yang meminta maaf langsung," sesal Didi.
Permintaan maaf lewat Nasir tersebut tampaknya hanya siasat Nazar saja. Kubu Nazar bersikeras, politisi 33 tahun itu, tidak akan mau meminta maaf. Mereka bersikukuh punya data terkait tudingan pada elit PD.
Saat ini, meski sudah dipecat, Nazar justru merasa menang. Terlebih kubunya berhasil menggolkan Nasir sebagai pengganti Nazar di Komisi III DPR. Dengan adanya sang sepupu di Komisi III, Nazar tetap akan mendapatkan perlindungan untuk menghadapi KPK.
Ia santai saja menghadapi panggilan KPK pekan depan. Bahkan ia optimistis akan selamat dari sentuhan KPK. Skenario sudah dirancang dan Nasir yang akan menjadi tim suksesnya.
Sekadar diketahui jabatan ketua KPK akan segera berakhir. Pansel calon pimpinan KPK pun sudah resmi dibentuk. Pendaftaran calon pimpinan KPK akan dibuka Jumat (27/5/2011) besok. Proses pendaftaran akan memakan waktu tiga bulan.
Asumsinya, sebagai anggota Komisi III, Nasir tentunya bisa melakukan segala lobi-lobi untuk mempengaruhi siapa saja calon pimpinan KPK yang bisa mengamankan Nazar. "Adanya Nasir supaya bisa menghandel Pansel (Panitia Seleksi) calon pimpinan KPK. Nazar tidak khawatir dengan KPK karena jabatan ketua KPK bakal berakhir sebentar lagi," kata sang sumber.
Selain soal Nasir, pertemuan elit PD yang dipimpin SBY di Cikeas juga menyulut optimisme Nazar. Pasalnya pertemuan itu menyepakati untuk memberikan tim kuasa hukum yang akan dipimpin Denny Kailimang untuk membelanya menghadapi proses hukum. Pembentukan tim hukum dianggap Nazar sebagai hadiah.
"Kalau memang sudah tidak ada harapan lagi di PD, dia akan mendorong terjadinya Kongres Luar Biasa. Alasannya supaya dia hancur yang lain juga hancur," kata teman dekat Nazar itu.
Kamis, 26/05/2011 14:03 WIB
Mengapa Nazar Batal Melawan?(2)
Nazar Masih Dibela Sebab Pegang Data Rp 10 M Untuk Ibas & Anas?
Deden Gunawan - detikNews
Anas & Ibas (Laurencius S/detikcom)Jakarta - Rabu, 25 Mei 2011, menjadi malam yang menegangkan bagi elit Partai Demokrat (PD). Malam itu, para Pengurus DPP PD berkumpul di rumah Kepala Ketua Dewan Pembina PD SBY, di Cikeas, Bogor, Jawa Barat. Malam itu SBY marah besar.
"SBY menekankan perlunya kader untuk kembali ke khittah perjuangan partai dan menjaga etika, moral dan aturan partai," kata Ketua DPP PD Kastorius Sinaga.
Pertemuan malam itu memang sangat penting. Topik utamanya adalah membahas konsolidasi partai terkait kasus Bendahara Umum PD Muhammad Nazaruddin. Nazar terbelit banyak kasus yang diduga merupakan pelanggaran etik partai.
Kasus Nazar ini sudah membuat goncang partai penguasa ini. Kader PD terbelah menyikapi kasus Nazar. Sebagian dengan bersemangat pasang badan dan membela habis-habisan. Sebagian lainnya menginginkan sanksi bagi politisi berusia 33 tahun ini.
Internal PD semakin panas dingin terlebih pasca dipecat dari kursi Bendahara Umum, Nazar menyerang elit PD. Ia melontarkan tudingan miring kepada Amir Syamsudin dan Andi Mallarangeng, yang tidak lain adalah pejabat teras PD.
Secara gamblang Nazar menyebut Amir yang menjabat Sekretaris Dewan Kehormatan PD telah melanggar etika ketika membela pengemplang BLBI. Amir dituding membawa-bawa nama partai saat menangani perkara koruptor BLBI yang ditangani di MA.
Adapun Andi dan adiknya, Choel Mallarangeng disebut Nazar sering main-main proyek di Kemenpora. Salah satunya dalam proyek pembangunan Wisma Atlet di kawasan Jakabaring, Palembang, Sumsel.
"Semua proyek di Kemenpora itu yang setting Choel Mallarangeng atas sepengetahuan Menpora Andi Mallarangeng. Dalam kasus pembangunan Wisma Atlet, Andi juga ikut bermain. Yang menjalankan adiknya bersama tangan kanannya, Jefry," begitu beber Nazar.
Pernyataan Nazar, tentu saja bukan tudingan sembarangan.Sebagai bendahara umum, Nazar sudah pasti tahu asal muasal dan penggunaan uang partai. Maka tidak aneh bila ia mengklaim punya data terkait tudingannya, meskipun belakangan ia seperti mengurungkan niatnya untuk membuka aib koleganya. Alasannya bukti-buktinya masih dikumpulkan.
Bila sikap Nazar akhir-akhir ini agak melembek, bagi orang dekatnya bukan karena Nazar tidak punya bukti. Nazar diyakini punya bukti-bukti itu. Hanya saja Nazar tidak mau mengungkapnya lantaran tudingan tersebut hanya untuk menggertak saja."Tapi kalau situasi berubah bisa saja ia bakal habis-habisan melawan," kata orang dekat Nazar yang tidak mau disebut namanya itu.
Selain bukti-bukti itu, sumber itu juga meyakinkan Nazar memiliki bukti-bukti aliran uang ke sejumlah petinggi PD, seperti Anas Urbaningrum, Jhoni Allen Marbun, serta keluarga SBY.
Saat ini yang baru mencuat ke publik baru setoran dana Rp 13 miliar untuk partai. Soal ini terungkap setelah Amir menyatakannya dalam sebuah dialog di TVOne.
"Semua aliran dana ke partai maupun petinggi partai dia catat semua. Termasuk biaya penyewaan pesawat untuk kegiatan Anas dan Ibas yang setahunnya mencapai Rp 10 miliar," jelas sumber itu.
SBY pun dikabarkan tidak main-main menyikapi ancaman balas dendam Nazar. SBY perlu meyakinkan diri bila elit PD yang disebut Nazar melanggar etika itu dengan meminta klarifikasi mereka. "SBY telah minta klarifikasi lima orang yang disebut-sebut Nazar. Hasil klarifikasi lima orang itu membantah," jelas Kasto.
Gertakan Nazar terkait sejumlah petinggi PD akhirnya berbuah komitmen. Jangan heran kalau kemudian Nazar mengatakan pemecatannya sebagai bendahara umum oleh DK PD belum final. Soalnya, kata Nazar, keputusan DK belum mendapat legitimasi dari DPP PD.
"Itu keputusan DK masih harus disampaikan ke DPP. Sebab keputusan resmi bukan di DK melainkan rapat pleno yang dipimpin Ketua Umum PD Anas Urbaningrum," ujar Nazar saat menghubungi detikcom.
Soal aksi gertak ini dianggap pengamat politik UGM Arie Sudjito sebagai sesuatu yang lazim dalam politik. "Yang namanya politik sudah lazim main gertak. Kemudian negosiasinya untuk saling melindungi. Ini modusnya seperti itu, di partai lain juga seperti itu," jelas Arie.
Saat ini sikap PD memang mulai berubah terhadap Nazaruddin. Dalam pertemuan di Cikeas semalam, bahkan SBY memerintahkan DPP PD membentuk tim untuk membela kadernya tersebut. "Apapun yang terjadi, Nazar tetap kader kami, kami akan memberikan bantuan hukum. Tadi Pak SBY mengatakan akan ada tim khusus yang akan membahas masalah bantuan hukum ini," kata politisi PD Ruhut Sitompul usai pertemuan di Cikeas.
Kata Ruhut, tim bantuan hukum ini nantinya dipimpin Denny Kailimang, Ketua Divisi Hukum di PD.
Sikap SBY yang membentuk tim bantuan hukum untuk Nazaruddin tersebut tentu disesalkan beberapa kalangan. Pasalnya, SBY saat rapat kerja FPD DPR di Hotel Crowne Plaza, Jakarta, 27 November 2010, menyatakan PD tidak akan memberi pembelaan terhadap kader yang melanggar hukum, seperti korupsi.
"Saya akan bela manakala ada kader yang disalah-salahkan, saya akan bela. Dikriminalkan, saya akan bela. Tapi kalau korupsi, silahkan bela sendiri," begitu kata SBY saat itu.
Tapi pernyataan itu beda dengan sikap SBY semalam. "Dengan memberikan bantuan hukum Nazar sama saja SBY inkonsisten. Kita tahu Ketua MK sudah membeberkan adanya pemberian uang kepada Sekjen MK Janedjri. Walau pun itu belum dianggap suap, namun itu bisa diindikasi ada upaya suap," ujar aktivis ICW Emerson Yuntho.
Mengapa Nazar Batal Melawan?(1)
Kompromi Saling Melindungi Nazaruddin
Iin Yumiyanti - detikNews
Jakarta - Balas dendam Muhammad Nazaruddin setelah dipecat dari kursi Bendahara Umum Partai Demokrat (PD) bak kerupuk tersiram air. Keras di awal, melempem di akhiran. Bisa ditebak bila ada kompromi.
Nazar awalnya menunjukkan sikap tidak mau legowo atas pemecatan dirinya. Ia merasa telah berjasa banyak untuk partai, tapi diperlakukan tidak adil. Tentu saja ia sakit hati dan tidak mau sengsara sendirian. Ia yakin ada rekayasa.
Maka tidak perlu menunggu lama-lama, begitu pemecatan dirinya diumumkan, Nazar langsung berkoar akan balas dendam. Ia akan membongkar borok semua elit PD. Politisi muda itu yakin kalau ia jahat, dai bukan satu-satunya penjahat. Kalau ia korup, ada elit PD yang juga korup. Ia sangat yakin banyak elit PD lainnya yang tidak beretika.
Nazar langsung menembakkan kemarahan kepada Sekretaris Dewan Kehormatan (DK) PD Amir Syamsuddin dan Ketua DPP PD Andi Mallarangeng yang juga menjabat Menteri Pemuda dan Olahraga. Amir dan Andi dituding merupakan pihak yang merekayasa pemecatan dirinya.
Amir juga dituding sebagai koruptor dan akan dilaporkan ke KPK. Pada Andi, Nazar menuding ia dan adiknya, Zulkarnaen (Choel) Mallarangeng, merupakan orang yang harus dimintai pertanggungjawaban bilka ada kasus suap terkait proyek-proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga termasuk proyek Wisma Atlet untuk SEA Games di Palembang."Semua proyek di Kemenpora itu yang setting Choel Mallarangeng atas sepengetahuan Menpora Andi Mallarangeng," ujar politisi berusia 33 tahun itu.
Selain menyerang elit PD, Nazar juga akan balas dendam terhadap Sekjen Mahkamah Konstitusi (MK) Janedjri M Gaffar. Janedjri inilah yang mengungkap Nazar pernah mencoba memberikan uang sebanyak 120 dolar Singapura. Kasus pemberian uang ini dinilai Presiden SBY bukan merupakan hal yang remeh dan akhirnya berujung pada pemecatan Nazar.
Janedjri dituding menjadi broker semua proyek pembangunan MK. "Pengadaan barang dan jasa di MK, pembangunan gedung MK juga Diklat MK itu semua Sekjen MK yang mengatur dan melakukannya. Saya akan buka bagaimana setiap pengadaan barang dan jasa di mana Pak Sekjen MK yang mengatur pemenangnya," kata Nazar.
Awalnya Nazar juga mengancam Ketua MK Mahfud MD dan Ketua Umum PD Anas Urbaningrum. Tapi hingga kini Nazar belum mengungkap aib mereka. Terhadap Anas, Nazar tampaknya sudah memaafkan.
Semua pihak yang diserang Nazar langsung membantah. Amir dan Andi membantah melakukan rekayasa pemecatan Nazar. Amir juga menantang balik Nazar untuk membuktikan dirinya koruptor. Andi dan Choel pun bersikap serupa. Siap diperiksa KPK untuk membuktikan tudingan Nazar asal-asalan."Silakan KPK usut saja tuduhan itu," ujar Andi.
Para elit PD lainnya juga tidak percaya Nazar bakalan serius membalas dendam. Mereka tertawa saja menanggapi rencana buka-bukaan borok PD. "Saya tidak percaya. Buktinya saja dia bilang mau obrak-abrik MK, nyatanya tidak ada," kata anggota Dewan Pembina PD Achmad Mubarok.
Nah setelah ramai-ramai dibantah, dan seperti tidak punya kawan lagi, Ruhut Sitompul yang awalnya vokal membela pun balik mendukung pemecatan, Nazar pun lantas seperti ragu-ragu untuk membalas dendam. Jangankan mendatangi KPK, ia malah dua kali membatalkan konferensi pers untuk buka-bukaan soal borok elit PD dan sekjen MK. Terakhir ia justru meminta belas kasihan Presiden SBY yang juga Ketua Dewan Pembina PD.
Ketika Nazar mulai melempem, politisi PD berbalik menujukkan gerakan membela kader yang baru dipecat itu. Sang bendahara yang disebut memberi uang pada Sekjen MK dan disebut-sebut terlibat suap terhadap Sekretaris Kemenpora Wafid Muharam dalam proyek Wisma Atlet itu dipertahankan dari posisinya di DPR. Bahkan ia pun dilindungi dari sentuhan Badan Kehormatan (BK) DPR yang ingin memeriksanya. Pengacara yang akan membelanya dari jeratan KPK pun sudah disiapkan.
Tidak aneh bila Nazar pun lantas diam. Nyanyiannya tidak terdengar. Gertakan untuk balas dendam itu rupanya sudah berhasil membuahkan kompromi. Sikap diam Nazar dibarter dengan pengamanan posisinya di DPR. PD pun diuntungkan, kasus Nazar bisa dilokalisir agar tidak meluas. Kader PD lainnya yang katanya juga melanggar etika pun bisa aman dari sorotan publik. Jadi masing-masing pihak saling untung, dan sama-sama saling melindungi.
Begitulah politik kita. Praktek kompromi untuk saling melindungi itu sudah membudaya, tidak hanya dilakukan PD tapi juga sudah dilakukan parpol lainnya.
Kamis, 26/05/2011 14:30 WIB
Jika Nazaruddin Bernyanyi Merdu, Bisa Perang Bharatayudha
Egir Rivki - detikNews
Jakarta - Perseteruan Nazaruddin dengan sesama kader Demokrat diprediksi bakal ramai apabila eks Bendahara Umum Partai Demokrat itu buka kartu keterlibatan kader lainnya. Tapi, nyanyian Nazarudin dinilai sumbang dan pelurunya hampa.
"Perang bharatayudha itu terjadi jika Nazarudin bernyanyi merdu. Tetapi nyatanya dia hanya bernyanyi sumbang. Pelurunya hampa. Ia hanya mengeluarkan statemen tuduhan tanpa adanya bukti," kata
pengamat politik, Burhanudin Muhtadi, di acara diskusi bertajuk "Refleksi 13 Tahun Pasca Reformasi" di Galeri Cafe, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Kamis (26/5/2011).
Menurut dia, pertemuan semalam di Cikeas merupakan bagian dari rekonsolidasi kekuatan internal partai untuk menyatukan visi persepsi agar kasus ini tidak melebar kemana-mana. Masalah ini hanya dilokalisir ke beberapa orang, termasuk Nazaruddin.
"Saya duga sudah terjadi elite settlement (penyelesaian di tingkat elit) dan terjadi kompromi untuk untuk tidak melanjutkan huru-hara di Demokrat," ujarnya.
Dikatakan dia, hal itu terjadi menyusul langkah Nazaruddin yang melontarkan tudingan kepada Mallarangeng bersaudara, lalu tudingan ke Amir Syamsuddin, dan mark up pembangunan Gedung Mahkamah Konstitusi (MK).
"Tetapi dia tidak melengkapi dengan bukti dan data yang valid, jadi harapan publik untuk melihat bom politik yang dilempar Nazaruddin ternyata tidak disambut. Yang muncul hanya petasan saja," kata Burhanudin.