Rabu, 13 Juli 2011

Anas " Mission Impossible "

Senin, 01/08/2011 18:26 WIB
Kisah Uang Haram Kongres Demokrat
Perjalanan US$ 20 Juta untuk Kemenangan Anas  
Deden Gunawan - detikNews

Perjalanan US$ 20 Juta untuk Kemenangan Anas



Jakarta
 - 21 Mei 2010 menjadi malam yang sangat sibuk di Gedung Tower Permai. Malam itu, uang US$ 20 juta harus dipindahkan dari kantor mantan bendahara umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin itu ke Hotel Aston Primera, Pasteur, Bandung, Jawa Barat. Saat itu, merupakan hari pertama kongres PD yang digelar di Bandung.

Nazar, tersangka suap Wisma Atlet, selama buron melempar serangan kepada Ketua Umum PD Anas Urbaningrum. Kata Nazar, Anas menang jadi ketua umum karena money politics. Uang sebanyak US$ 20 juta dikucurkan Nazar untuk memenangkan Anas.

Anas membantah tudingan itu. Ia menyebut Nazar tengah berhalusinasi. Tapi empat anak buah Nazar yakni Aan (mantan sopir Nazar), Dayat (mantan sopir Yulianis), dan 2 pengawal yang mengantarkan uang ke kongres PD, Dede dan Jauhari memberi kesaksian tudingan Nazar benar adanya.

Mereka memberi kesaksian, jutaan uang dalam bentuk pecahan dolar dibawa dari kantor Nazar di kawasan Warung Buncit, Jakarta Selatan ke Bandung, dengan mobil box Daihatsu Espass yang dikawal sebuah mobil jenis SUV, bermerek Toyota Fortuner.

Uang itu semula dalam bentuk rupiah. Tapi sebelum dibawa ke kongres, semua ditukarkan dalam bentuk pecahan dolar. Tujuannya supaya lebih mudah dibawa dan dibagikan kepada sejumlah peserta kongres yang akan mendukung Anas menjadi Ketum PD.

"Uang rupiah yang dikumpulkan Nazar sejak 2009 dari fee proyek yang ditangani. Uang ditukarkan dalam bentuk dolar di money changer milik Neneng, istri Nazaruddin. Yang mengurusnya Yulianis ( staf keuangan Nazar). Kantor money changer itu lokasinya juga di Tower Permai," jelas sumber detik+ yang dekat Nazar.

Dayat mengakui uang yang diantarnya ke Bandung diambil dari kantor money changer bosnya, Yulianis, yang juga menjabat sebagai Wakil Direktur Keuangan PT Anugrah Nusantara.

Uang-uang itu dimasukan dalam 19 kardus. Sebanyak 14 kardus dibawa mobil box, sementara 5 kardus lagi dibawa mobil Fortuner. Menurut Dayat, mobil box dan Fortuner ini kemudian dikawal lagi dua mobil lainnya, mobil CRV dan Kijang Innova. "Tiga mobil itu sewaan. Mobil CRV milik Ibu Yulianis," ujar Dayat.


Rombongan mobil pembawa uang itu bergerak dari Buncit menuju Bandung, Jumat 21 Mei 2010, pukul 20.19 WIB. Adapun orang-orang yang mengantarkan uang adalah pegawai outsourcing dari perusahaann jasa pengamanan yang didampingi Dede dan Jauhari, petugas keamanan Gedung Tower Permai.

Sementara Dayat mengaku tidak ikut dalam rombongan pengantar uang tersebut. Ia hanya bertugas membawa pulang mobil bosnya, Honda CRV dari Bandung ke Jakarta usai kongres PD berakhir.

Dayat menambahkan, rombongan pembawa uang itu baru tiba di Hotel Aston, Pasteur, Bandung sekitar pukul 23.00 WIB. Begitu tiba, mobil-mobil itu langsung parkir di basement hotel. Selanjutnya mereka membawa uang yang ada di dalam mobil ke kamar nomor 10 yang ada di lantai 9.

Dede dan Jauhari lantas ditugaskan untuk menjaga uang di kamar tersebut. Tidak sembarangan orang boleh mengambil uang dari kamar nomor 10 itu. Dede hanya mau memberi izin jika yang mengambil uang adalah Nuril Anwar dan Eva, dua staf Nazar di DPR.

Untuk mengambil uang tersebut, Nuril dan Eva harus menunjukkan kwitansi pengambilan. Besar nominal yang ada di kwintansi itu bervariasi ada yang tertulis 500 ribu US$, 750 ribu US$, ada pula yang besarnya 1,2 juta US$. "Semua kwitansi itu ada copynya yang pegang Aan (sopir Nazarn)," kata Dayat.

Setiap malam, uang di dalam kamar nomor 10 itu terus menerus diambil hingga menjelang subuh. Hal itu berlangsung terus hingga kongres PD berakhir, Minggu 23 Mei 2010.

Namun saat dihubungi detik+, Aan enggan memberikan copy kwitansi tersebut. Dia hanya bilang, "Perintah Nazaruddin hanya untuk komentar saja. Kalau soal kwitansi lain waktu dibeberkan".

Sedangkan Nuril Anwar yang disebut-sebut sebagai orang yang berwenang mengambil uang mengaku tidak tahu adanya mobil box yang membawa uang untuk pemenangan Anas ke Kongres PD. Nuril pun membantah mengambil uang di kamar nomor 10 lantai 9 Hotel Aston itu. "Tidak betul itu," kata Nuril yang mundur dari staf Nazar pada 20 Juli 2011 itu.

Meski mengaku tidak tahu soal mobil dan membantah mengambil uang, Nuril tidak membantah tim sukses Anas membagikan uang saat kongres. Tapi uang tersebut hanya merupakan ganti transportasi dan akomodasi bagi pengurus DPC yang ikut kongres.

"Pemberian disesuaikan dengan jarak. Setiap DPC 10 orang dipanggil. Masing-masing orang paling Rp 1-2 juta. Yang jaraknya jauh mendapat ganti lebih banyak," kata Nuril.

Uang itu dibagikan Nuril di Hotel Grand Aquila, tempat nginap DPC. Setiap bertemu orang DPC, Nuril akan berkata, Mas ini ada transportasi untuk pulang. "Uang dalam bentuk rupiah bukan dolar," kata Nuril.

Mayoritas pemberian uang itu menurut Nuril atas perintah Nazar. Anas yang saat itu merupakan 'pengantin' tidak terlibat pembagian uang. Semua pembagian akomodasi dan transportasi dilakukan tim sukses yang diketuai Ahmad Mubarok.

Mengenai kwitansi yang diklaim Aan cs, Nuril menyatakan sudah sempat melihatnya. Tapi ia meyakinkan tanda tangan di kwitansi itu bukan tanda tangannya. "Keterangan Aan cs itu konspirasi kebohongan, itu direkayasa," kata pria yang kini tengah mengambil S2 manajemen pendidikan di Universitas Negeri Jakarta itu.

Soal bantahan Nuril, Nazar menganggapnya wajar. Hal itu karena Nuril saat ini sudah menyeberang membela Anas. Tapi Nazar menegaskan ia memiliki semua catatan dan data untuk mendukung tudingannya. "Semua catatan dan flash disk ada di saya semua," kata Nazar dalam BBM nya kepada detik+.

Sementara PR Hotel Aston Primera, Bandung, Janieth saat dikonfirmasi detik+ soal CCTV yang merekam soal uang yang disebut-sebut Nazar , belum mau memberikan keterangan. "Maaf kami belum bisa memberikan informasi lebih lanjut. Karena saya harus diskusikan dulu dengan manajer saya, Senin (2/8/2010)," ujarnya.



Tulisan detik+ berikutnya: 'Nazar Menyiapkan Uang Untuk Anas Sejak 2009', 'Nazaruddin Dilindungi Marzuki Alie' dan 'Menunggu Pecah Silent Operation Nazar bisa didapatkan di detiKios for Ipad yang tersedia di apple store.



Mission Impossible' buat Anas
Titah Berat dari SBY & Bu Ani  
Deden Gunawan - detikNews
 Titah Berat dari SBY & Bu Ani
Jakarta - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan sang istri, Kristiani Herawati (Ani Yudhoyono) benar-benar sudah gerah dengan prahara di Partai Demokrat (PD). Kedua pendiri PD itu, Senin, 11 Juli 2011 lantas memanggil sang ketua umum Anas Urbaningrum dan para pengurus partai.

SBY dan Bu Ani memberikan sejumlah arahan pada Anas. Pria berkaca mata itu diminta tegas memberikan peringatan tertulis kepada elit PD yang banyak bicara sehingga semakin memperkeruh konflik partai.

"Pak SBY dan Ibu Ani memerintahkan AU (singkatan nama Anas) untuk memberi peringatan tertulis kepada pengurus PD yang sering berbicara ngawur. Itu salah satu arahannya sebelum beberapa menit jumpa pers," kata sumber detikcom di PD.

Setelah memberikan peringatan kepada Anas, SBY kemudian menggelar jumpa pers. Isinya, Ketua Dewan Pembina PD itu menugaskan Anas agar membereskan kemelut di partai penguasa itu.

"Saya berikan kepercayaan pada ketua umum untuk mengatasi masalah ini dengan bantuan pimpinan dan kader PD," kata SBY dalam keterangan pers di kediaman pribadinya, Puri Cikeas, Bogor, Senin 11 Juli 2011 itu.

SBY sebenarnya sudah satu bulan lebih menahan diri untuk tidak bersuara soal PD. Namun ia menganggap perkembangan prahara PD sudah terlampau liar dan di luar kendali. Terlebih mantan bendahara umum PD Muhammad Nazaruddin terus menebar aib elit PD yang membuat partai semakin gonjang-ganjing.

"Serangan dan fitnah sudah kebangetan. Kalau dibiarin malah persepsi orang akan membenarkan tuduhan tersebut. Itulah keadaan yang terjadi sekarang," ujar salah satu pendiri PD TB Silalhi melalui pesan singkatnya kepada detikcom.

Sebelum ditunjuk SBY, Anas sebenarnya sudah berusaha membereskan konflik di partai yang dipimpinnya. Sudah dua minggu ia sibuk merumuskan pemberian sanksi kepada kader-kader yang dianggap bermasalah. 

Tentu saja Nazar, bendahara umum PD yang dipecat oleh Dewan Kehormatan Partai yang kini sudah dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang pernah menjadi orang dekat Anas termasuk di dalamnya. 

Secara teknis sebenarnya pemberian sanksi kepada para elit yang bermasalah sederhana saja. Semua itu sudah diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Demokrat. "Jadi Pak Ketum hanya menegakkan aturan itu saja,"jelas Ketua DPP PD Kastorius Sinaga.

Namun untuk pelaksanaan di lapangan tentu tidak sesederhana hitam di atas putih itu. Sebab masalahnya, ya itu tadi, Anas juga merupakan sumber persoalan di partai Mercy tersebut. 

Anas memiliki setumpuk daftar 'dosa' yang membuat langkahnya berat. Ia menjadi salah satu dari sejumlah elit PD yang dikuliti Nazar dalam pelariannya sebagai buron Interpol itu. 

Lewat BlackBerry Messenger (BBM), politisi asal Simalungun itu menyebut Menteri Pemuda dan Olahraga serta Sekretaris Dewan Pembina PD Andi Mallarangeng, Wasekjen PD dan anggota Badan Anggaran DPR Angelina Sondakh, Wakil Ketua Badan Anggaran DPR dari Demokrat Mirwan Amir terkait suap Kemenpora. Bahkan ia juga berani menyebut nama Anas turut menikmati uang miliaran.

Pengamat politik dari Uvolution Indonesia Andi Syafrani menilai perintah SBY kepada Anas menyiratkan SBY ingin mengembalikan persoalan yang terjadi saat ini di PD ke Anas. "Sebab Anas dianggap sebagai orang yang berperan dalam masalah yang kini melilit PD. Masalah yang dihadapi PD bermula pada diri Anas sendiri," kata Andi.

Menjadi bagian dari masalah, tentu tugas yang dibebankan SBY kepada Anas bukan perkara gampang. Untuk melaksanakan tugas itu musuh utama Anas adalah dirinya sendiri. Ia tidak perlu lagi berhadapan dengan Marzuki Alie ataupun Andi Mallarangeng yang menjadi lawan politiknya saat kongres PD 2010 lalu.

Nazar yang menimbulkan badai di partai berlambang Mercy itu mendapatkan jabatan strategis sebagai bendahara umum PD dari Anas. "Jadi mau tidak mau Anas harus menyelesaikan masalah yang dibuatnya sendiri," jelas Andi.

Berhasilkah Anas menjalankan tugas SBY? Andi berpendapat bisa saja Anas melakukannya tapi berat. Anas baru bisa sukses dengan dua syarat. Pertama ada dukungan penuh dari SBY untuk membenahi partai.

Kedua, Anas harus bicara terus terang kepada seluruh kader PD soal keterkaitan dirinya dengan tuduhan Nazaruddin. Sebab sampai sejauh ini belum ada keterangan yang terang benderang dari Anas soal tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya. Ini tentu saja masih menjadi tanda tanya besar bagi sebagian besar kader PD.

Sikap Anas sejauh ini dinilai hanya bersifat formal. "Dia hanya melaporkan Nazar ke polisi sementara keterangan soal ada atau tidaknya keterlibatan dirinya dengan tuduhan Nazar masih misteri," kata Andi.

Tugas dari SBY ini tentu merupakan langkah penting bagi Anas untuk membersihkan citra PD dan dirinya sendiri yang hancur akibat kasus Nazaruddin. 

Namun sebagian kalangan meragukan Anas akan berhasil melaksanakan tugas dari. Apalagi ia sudah gagal melaksanakan tugas pertama SBY untuk menjemput Nazaruddin dari Singapura. Tim bentukan Anas untuk membawa pulang Nazar tidak membuahkan hasil. 

"Saya jamin Anas tidak bisa melaksanakannya,” kata Koordinator Masyarakat Anti Korupsi (MAKI) Boyamin Saiman. Apalagi melaksanakan tugas SBY sama saja bagi Anas untuk menguliti dirinya sendiri. Nazaruddin, pangkal sengkarut prahara Demokrat merupakan orang yang banyak membantu Anas memenangkan kongres hingga akhirnya terpilih sebagai ketua umum. Nazar lewat BBM-nya kepada media menyebut, telah menggelontorkan uang sebesar US$ 20 juta. Sebanyak Rp 5 miliar di antaranya dalam bentuk tunai.

Selain soal dana suksesi di kongres,Anas juga dihadapkan dengan masalah lain, misalnya soal keterkaitannya dengan perusahaan kongsi dirinya dengan Nazaruddin di PT Anugrah Nusantara. Bahkan dalam celotehan Nazar, Anas juga dituduh ikut terlibat dalam proyek-proyek di Kementerian Pemuda dan Olahraga.

"Anas tentu saja merasa ambigu dalam mengatasi masalah Nazaruddin. Belum lagi masalah-masalah yang dilakukan beberapa pengurus PD yang saat kongres menjadi tim suksesnya," terang Boyamin.


Tulisan detik + selanjutnya: 'Kabut Dosa-dosa Anas', 'Buktikan Anas Tak Main Uang' dan 'Metamorfosa Anas' bisa anda dapatkan di detiKios for Ipad yang tersedia di apple store.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar